Bibir Perempuan di Bibir Kali
Warga perumahan memang
berbeda dengan warga di kampung. Ini berkaitan dengan persiapan peringatan
kemerdekaan NKRI yang ke 70. 17 Agustus 1945- 17 Agustus 2015. Warga di
pedesaan lebih kooperatif atau bahasa jadulnya adalah gotong royong. Sedangkan warga
perumahan acuh tak acuh walau surat edaran perihal kerja bakti pun sudah
meluncur ke setiap rumah perumahan.
Sarwono, salah satu
penghuni perumahan menyesalkan atas sikap warga walupun dia juga tidak berada
di perumahan mewah (mepet mewah) itu saat 17 Agustus nanti pada hari senin. Bagi
Sarwono, dia lebih memilih merayakan di desanya atas peringatan haru sakral
sebagai wujud nasionalismenya.
Menurut Sarwono, alias
Ono, penduduk di perkotaan wawasannya memang luas tapi tidak merakyat, tidak
ada lagi poin2 dalam pelajaran PPKN pada yang di ajarkan pada masa SD nya. Yaitu
tepasaliro, tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai. Warga kota
lebih teoritis sedangkan penduduk desa lebih ke praktisi.
Sedangkan yang paling
membedakan bingo suasana perayaan “Agustusan” di perumahan tidak ada kali
(sungai), sehinga tidak ada bibir kali. Sedangkan di desa ada panjat pinang
terletak di bibir kali yang dipenuhi dengan bibir bibir ibu-ibu yang masih
memakai daster dan baju tidur menyaksikan suaminya ikut lomba panjat pinang.
Pada tahun ini Sarwono
dengan setengah hati memasang bendera Merah Putih, dia bingung usia 70 tahun
itu “Tua atau Dewasa?” , “Banyak bekal atau banyak gagal?”
Salam Luwes
Mr. O
Tidak ada komentar:
Posting Komentar