“Selamat HariPaskah, Bro....jangan lupa telor-telornya kasihkan aku
yah!”. ucapan itu rutintiap tahun aku sampaikan kepada kawanku selama
pendidikan strata satu diSemarang. Namun sudah 3 tahun ini, ucapan itu
berubah hanya menjadi rangkaiankata di hp, social media, baik WhatsApp
maupun WeChat. Itu pun kalau di sanaada sinyal.
Beragam
jenisSocial Media itu sekarang menjadi penghubung jarak jauh antara aku
dan temenkuIgnatius yang sekarang sedang berlayar dengan kapal pesiar
terombang ambing diatas hamparan ombak laut dunia.
Ignatis,
pertamakeluar dari pesantren yang notebene satu agama, seketika aku
langsung terjeunberakluturasi dengan antropologi masyarakat heterogen
mulai dari Ras, Suku danAgama. Cultural Shock makes me Crazy is
Religion. Aku harus bertemen denganteman yang beda agama, aku ke masjid
dia ke gereja. Pertama, dalam diriku darikecil udah tertanam sebuah
statement bahwa selain Islam akan masuk neraka. Kaciandeh looo....namun
di sisi lain dia itu baik, pintar dan keluargnya pun sangarramah.
Tetapi
semuasifat rasis itu sirna lebur setelah aku banyak baca buku-buku umum
danperbandingan agama kontemporer. Masih selalu terngiang apa yang
tertera didalam buku yang saya baca, bahwa sungguh picik membenci
seseorang atas namaAgama.
Canda tawamewarnai hari-hari bersama 5
sekawanku, Ignatius, Tonk, Henri dan Pengki. Jokesyang paling aku ingat
adalah saat Ignatius tidak suka hari minggu, dia tidakbisa nonton
film-film kartun karena harus ke gereja. Dan aku kasih solusibagaimana
kalau kita tukeran saja, dia ke gereja hari jumat aku ke masjid
hariminggu.
Pernah juga adaJoke tentang dosen pembimbing skripsi,
kebetulan kita juga satu dosenpembimbing. Kita berdua selalu menunggu
bareng dosen pembimbing kita, padahalbeliau tidak menunggu kita yah.
“Coi, gimana nemasa kita harus mencari Dosen terus tanpa jelas keberadaannya.”
“iyya coi, gimnayah...., kamu ada solusi gak bro?”
“gini...gini....mungkinudah
saatnya ne dosen pembimbing, kita kasih GPS biar tahu selalu dia
berada. Dankalau gmw ketemu tuh yah kita tinggal teken tombol
merahaja.....DOOOORRRRRR,!!!!
Dan joke yangterkini adalah saat
kita chat di WhatsApp, dia curcol kehidupan di kapal pesiaritu seperti
apa. Ada suka dan duka lah. Dia selalu merinduka pacarnya yang dikampung
halaman. Aku kasih julukan aja buat dia pacar 5 benua bukan pacar
5langkah. Dia ingin menikah, minta solusi kepadaku.
“Gan Ochad, akupengen nikah ne....dulu kan kamu pernah bilang bahwa boleh menikah viainternet?”
“oalah......iyyajelas boleh lah boss....asalkan Malam Pertamanya juga via internet.” Hihihi
“Bete!”
“Bete an!”
Dua
hal yangbersebrangan muncul, dua hal yang berbeda, dua hal yang
dipertemmukan, aku dankawanku. Berdua yang bersama menyusuri lorong
Sarjana. Bersama namun berbeda,aku dengang masjidku dia dengan
gerejanya, tapi itu bukan jurang terjal menjadisekat persahabatan. Aku
suka dengan kue natalnya dan telor paskah. Dia sukadengan ketupat
lontong sayur dan Sate daging Qurban. Masjid dan Gereja berbedatetapi
menjadi harmoni yang beradu, beda tapi satu......saling......beda
tapitetap bersama.....keindahan dalam perbedaan.
Aku dan kawan lamaku. Miss U all.
Salam Luwes.
Gubuk Kecil, SOLO, April 2013.
Ochad ZA, PRT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar