Berlari dari hiruk pikuk, kegalauan, problematika fenomena huru hara
situasi kondisi negeri agraris ini, aku terpaku dan dengan seksama
mendengarkan celoteh teman yang baru datang dari Saudi Arabia. Namun,
sebagai anak negeri yang merasa baik dan peduli, masih terngiang di
gendang telinga, memantul di retina mata sipitku akan berita yang
akhir-akhir ini menjadi headline di media cetak maupun di elektronik.
Sebut saja, mulai dari yang mengecewakan warga desa saya adalah berita
PSSI kalah telak oleh Bahrain, tak tanggung-tanggung, kalah 10 tanpa gol
balasan. Sungguh ironi sekali, dikala warga negara Indonesia mengharap
berita gembira kemenangan walaupun sudah pasti tidak lolos ke PD 2014
Brazil. Orang bilang semua ini salah PSSI, orang bilang semua ini salah
karena yang maen Cuma pemain dari LPI, tapi aku bilang kita yang salah
karena memberikan asa berlebih kepada negeri auto pilot (meminjam bahasa
metro tv). Yah, auto pilot juga terjadi di badan PSSI. Sedangkan ada
berita yang menurut saya lucu, yaitu berita tentang rok mini di
gedung DPR. Aku bilang mereka ngomongin itu karena tidak pernah naik
angkutan kota ci, rok mini tuh banyak di dalam angkutan kota. Sial,
wahai anggota dewan, ngapaen aja ci,,,hari gini ngmongin masalah gituan.
Padahal kan ada efek =nya juga bisa liat rok mini, buat obat biar ga
ngantuk. Ada headline lucu di koran Indopos “Lebih baik telanjang dari
pada korupsi”.
Beralih, ke cangkir kosong di depan mata saat aku
ngobrol dengan Samani, ex staff hotel terkenal di madinah. Bercerita
daru hulu ke hilir, komat kamit, tentang pengalaman dia ketemu para
artis Indonesia di sana saat Umroh ataupun haji. Dia bilang artis indo
kalau pas umroh punya sopan santun, dia bilang mungkin karena akan
mnghadap rumah Allah. Yang notebene derajat martabat sama di mata Tuhan
kecuali nilai ketaqwaan. Ngobrol dengan dia, saya menjadi rendah diri,
saya sudah merantau selama sembilan tahun, tapit tidak pernah naik
pesawat, tidak pernah merasakan hotel kelas internasional, tahun 2013
rencama maksud hati ingin mencoba rasa kopi ala Madinah, namun dia sudah
tidak memperpanjang kontrak lagi. Saya bellum beruntung, semoga saat
saya pergi nannti ada teman atau siapa gitu yang aku kenal dan dia kenal
ma aku bekerja di salah satu hotel di madinah atau Makkah. tapi,
sTernyata benar apa yang telah saya baca dalam sebuah buku pada suatu
hari, sekali-kali jadilah gelas yang kosong, biar kamu bisa menampung
semua ilmu atau pengalaman yang belum kamu ketahui. Lebih kosong tu
gelas lebih banyak kita akan memperoleh nilai-nilai kebijaksaan. Dengan
itu kita masih merasa belum punya apa-apa dan belum bisa melakukan
apa-apa. Karena kita merasa gelas itu belum terisi penuh. Dan kosongkan
gelasmu juga bisa mempunyai implisit bahwa kita juga harus melapangkan
dada, dalam hal ini, hati yang luas. Yang bisa melarutkan segala macam
rasa dan angan.
Secangkir kosong itu pula yang sekarang ada di
depanku, sang pemilik warung, mang ocon tak pengertian dgn kita yang
asyik ngobrol ini. Seharusnya menawarkan secangkir kopi, malah
membawakan scangkir kosong untuk tempat minuman yang sudah saya beli.
Tetapi, saat pulang nanti mang Ocon tidak boleh alias harus memberi saya
secangkir kopi karena saya sudah menulis note ini. Ayo mang Ocon, buka
warung lebih pagi!!!! Biar bisa ngopi sembari menikmati lambaian daun
hijau padi yang sudah mulai menguning dan biji padi sudah berisi dan
merunduk. Ngemeng-ngemeng masalah merunduk, seyogyanya kalau berjalan
senantiasa merunduk biar dikira kita itu orang berisi.
Gubuk Kecil, 08 Maret 2012, SOLO.
Ochad ZA, PRT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar