Laman

Kamis, 24 Juli 2014

Secangkir Kosong

Berlari dari hiruk pikuk, kegalauan, problematika fenomena huru hara situasi kondisi negeri agraris ini, aku terpaku dan dengan seksama mendengarkan celoteh teman yang baru datang dari Saudi Arabia. Namun, sebagai anak negeri yang merasa baik dan peduli, masih terngiang di gendang telinga, memantul di retina mata sipitku akan berita yang akhir-akhir ini menjadi headline di media cetak maupun di elektronik. Sebut saja, mulai dari yang mengecewakan warga desa saya adalah berita PSSI kalah telak oleh Bahrain, tak tanggung-tanggung, kalah 10 tanpa gol balasan. Sungguh ironi sekali, dikala warga negara Indonesia mengharap berita gembira kemenangan walaupun sudah pasti tidak lolos ke PD 2014 Brazil. Orang bilang semua ini salah PSSI, orang bilang semua ini salah karena yang maen Cuma pemain dari LPI, tapi aku bilang kita yang salah karena memberikan asa berlebih kepada negeri auto pilot (meminjam bahasa metro tv). Yah, auto pilot juga terjadi di badan PSSI. Sedangkan ada berita yang menurut saya lucu, yaitu berita tentang rok mini di gedung DPR. Aku bilang mereka ngomongin itu karena tidak pernah naik angkutan kota ci, rok mini tuh banyak di dalam angkutan kota. Sial, wahai anggota dewan, ngapaen aja ci,,,hari gini ngmongin masalah gituan. Padahal kan ada efek =nya juga bisa liat rok mini, buat obat biar ga ngantuk. Ada headline lucu di koran Indopos “Lebih baik telanjang dari pada korupsi”.
Beralih, ke cangkir kosong di depan mata saat aku ngobrol dengan Samani, ex staff hotel terkenal di madinah. Bercerita daru hulu ke hilir, komat kamit, tentang pengalaman dia ketemu para artis Indonesia di sana saat Umroh ataupun haji. Dia bilang artis indo kalau pas umroh punya sopan santun, dia bilang mungkin karena akan mnghadap rumah Allah. Yang notebene derajat martabat sama di mata Tuhan kecuali nilai ketaqwaan. Ngobrol dengan dia, saya menjadi rendah diri, saya sudah merantau selama sembilan tahun, tapit tidak pernah naik pesawat, tidak pernah merasakan hotel kelas internasional, tahun 2013 rencama maksud hati ingin mencoba rasa kopi ala Madinah, namun dia sudah tidak memperpanjang kontrak lagi. Saya bellum beruntung, semoga saat saya pergi nannti ada teman atau siapa gitu yang aku kenal dan dia kenal ma aku bekerja di salah satu hotel di madinah atau Makkah. tapi, sTernyata benar apa yang telah saya baca dalam sebuah buku pada suatu hari, sekali-kali jadilah gelas yang kosong, biar kamu bisa menampung semua ilmu atau pengalaman yang belum kamu ketahui. Lebih kosong tu gelas lebih banyak kita akan memperoleh nilai-nilai kebijaksaan. Dengan itu kita masih merasa belum punya apa-apa dan belum bisa melakukan apa-apa. Karena kita merasa gelas itu belum terisi penuh. Dan kosongkan gelasmu juga bisa mempunyai implisit bahwa kita juga harus melapangkan dada, dalam hal ini, hati yang luas. Yang bisa melarutkan segala macam rasa dan angan.
Secangkir kosong itu pula yang sekarang ada di depanku, sang pemilik warung, mang ocon tak pengertian dgn kita yang asyik ngobrol ini. Seharusnya menawarkan secangkir kopi, malah membawakan scangkir kosong untuk tempat minuman yang sudah saya beli. Tetapi, saat pulang nanti mang Ocon tidak boleh alias harus memberi saya secangkir kopi karena saya sudah menulis note ini. Ayo mang Ocon, buka warung lebih pagi!!!! Biar bisa ngopi sembari menikmati lambaian daun hijau padi yang sudah mulai menguning dan biji padi sudah berisi dan merunduk. Ngemeng-ngemeng masalah merunduk, seyogyanya kalau berjalan senantiasa merunduk biar dikira kita itu orang berisi.

Gubuk Kecil, 08 Maret 2012, SOLO.
Ochad ZA, PRT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar