Sinetron Kehidupan “Indonesia” epiosde 1
“bayangkanlah bila cinta tak bisa lagi mendamaikan dunia”, lagu Padi, yang mengawali pagiku pada hari itu, sembari menunggu air mendidih. Lagu itu menjadi inspirasiku atau menjadi most played dalam music playerku, setelah lagu Iwan Fals “Galang rambu anarki’. Lagu itu menjadi OST berita-berita kenaikan BBM dan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di belahan pulau.
Lagu-lagu mempresentasikan kondisi negeri zamrud khatulistiwa pada bulan hingga bulan ke tiga di tahun naga ini. Ada yang bilang, tahun naga ini, tahun yang membawa kejayaan karene naga identik dengan “glory”, dan ada yang bilang naga itu panjang, maka derita panjang akan menghadang negeri pancasila ini selama tahun 2012.
namun, semua asumsi itu juga tidak serta kita sangkal. Kalau kita sering update seputar peristiwa-peristiwa di nusantara, terdengar sering di dalam daun telinga kita akan musibah, bencana, tindakan kriminal dan segala macam jenis kejahatan lainnya. Kasus korupsi para politikus maupun pegawai pajak, bencana banjir, perampokan artis, pelecehan seksual, kecelakaan kendaraan bermotor, dll. Itu semua peristiwaw negatif yang sangat menyayat hati kita, namun ada sesuatu yang sudah terlanjur melambungkan hati kita adalah munculnya mobil kiat esemka sedikit menjadi angin semilir di dalam episode ini. Walau hasilnya masih negatif. Dan di kancah dunia olahraga, timnas Indonesia belem bisa juga meraih pialas walau sekelas piala Sulatan Hasanal Bolkiah. Mau dibawa kemana negara kita....... ????
Fokus ke dunia politik, kalau kita perhatikan secara seksama, psikologi para politikus kita tersirat dalam 3 filosofi. yang pertama adalah para pejabat itu seperti sekelompok orang yang sedang mengikuti lomba panjat pinang yang biasa dilaksanakan pada hari kemerdekaan. dalam panjat pinang, satu kelompok berjuang dan berkorban bersama-sama terbukti semua badan mereka pasti kotor terkan cairan pelicin. Setelah menang, mereka berbondong-bondong dan berebutan seperti satu geng monyet yang menemukan kacang dalam kantong pengunjung. Begitu juga dengan para politikus, seperti itu, ada berjuang bersama, ada pelicin, kalau udah menang saling berbagi proyek.
Sedangkan analagi yang ke dua adalah bahwasannya mereka itu seperti kepiting. Jikalau kita perhatikan beberapa ekor kepiting dalam suatu tempat seperti baskom atau ember, jikalau ada temannya yang mau keluar, maka yang lain menariknya, tidak dibiarkan temannya itu selamat sendirian. Sama halnya dengan dunia biru politik. Tidak akan membiarkan partai lain selamat kalu partainya tersandung suatu kasus. Mereka akan saling menjegal.
Dan analagi yang terakhir adalah dilema dongeng “si Kancil yang cerdik”cerita ini mungkin sudah meracuni masa kanak-kanak para politikus mungkin. Mereka meniri Kancil yang cerdik dan licik dalam meraih kemenangan atau meraup sesuatu. Kancil yang sebenarnya adalah simbol perlawanan kaum margina kepada kaum ningrat telah di salah tafsirkan. Para politikus itu meniru apa yang ada dalam karakter kancil, cerdik dan licik. Sehingga kita sekrang bisa melihat mereka llihai sekali dalam mengelabui aparat hukum dan penegak hukum. Oleh karena itu, mungkin bisa saja nanti judul itu diganti oleh kemendikbud menjadi :Kancil yang jujur”
Ya Tuhan, sampai kapan episode ini berakhir, akankan sinetron ini happy ending???? Senang kalau berakhir atau alur cerita yang menyenangkan dalam ujung cerita????
Gubuk Kecil, 11 Maret 2012, 02.30
Surakarta
Ochad ZA, PRT
“bayangkanlah bila cinta tak bisa lagi mendamaikan dunia”, lagu Padi, yang mengawali pagiku pada hari itu, sembari menunggu air mendidih. Lagu itu menjadi inspirasiku atau menjadi most played dalam music playerku, setelah lagu Iwan Fals “Galang rambu anarki’. Lagu itu menjadi OST berita-berita kenaikan BBM dan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di belahan pulau.
Lagu-lagu mempresentasikan kondisi negeri zamrud khatulistiwa pada bulan hingga bulan ke tiga di tahun naga ini. Ada yang bilang, tahun naga ini, tahun yang membawa kejayaan karene naga identik dengan “glory”, dan ada yang bilang naga itu panjang, maka derita panjang akan menghadang negeri pancasila ini selama tahun 2012.
namun, semua asumsi itu juga tidak serta kita sangkal. Kalau kita sering update seputar peristiwa-peristiwa di nusantara, terdengar sering di dalam daun telinga kita akan musibah, bencana, tindakan kriminal dan segala macam jenis kejahatan lainnya. Kasus korupsi para politikus maupun pegawai pajak, bencana banjir, perampokan artis, pelecehan seksual, kecelakaan kendaraan bermotor, dll. Itu semua peristiwaw negatif yang sangat menyayat hati kita, namun ada sesuatu yang sudah terlanjur melambungkan hati kita adalah munculnya mobil kiat esemka sedikit menjadi angin semilir di dalam episode ini. Walau hasilnya masih negatif. Dan di kancah dunia olahraga, timnas Indonesia belem bisa juga meraih pialas walau sekelas piala Sulatan Hasanal Bolkiah. Mau dibawa kemana negara kita....... ????
Fokus ke dunia politik, kalau kita perhatikan secara seksama, psikologi para politikus kita tersirat dalam 3 filosofi. yang pertama adalah para pejabat itu seperti sekelompok orang yang sedang mengikuti lomba panjat pinang yang biasa dilaksanakan pada hari kemerdekaan. dalam panjat pinang, satu kelompok berjuang dan berkorban bersama-sama terbukti semua badan mereka pasti kotor terkan cairan pelicin. Setelah menang, mereka berbondong-bondong dan berebutan seperti satu geng monyet yang menemukan kacang dalam kantong pengunjung. Begitu juga dengan para politikus, seperti itu, ada berjuang bersama, ada pelicin, kalau udah menang saling berbagi proyek.
Sedangkan analagi yang ke dua adalah bahwasannya mereka itu seperti kepiting. Jikalau kita perhatikan beberapa ekor kepiting dalam suatu tempat seperti baskom atau ember, jikalau ada temannya yang mau keluar, maka yang lain menariknya, tidak dibiarkan temannya itu selamat sendirian. Sama halnya dengan dunia biru politik. Tidak akan membiarkan partai lain selamat kalu partainya tersandung suatu kasus. Mereka akan saling menjegal.
Dan analagi yang terakhir adalah dilema dongeng “si Kancil yang cerdik”cerita ini mungkin sudah meracuni masa kanak-kanak para politikus mungkin. Mereka meniri Kancil yang cerdik dan licik dalam meraih kemenangan atau meraup sesuatu. Kancil yang sebenarnya adalah simbol perlawanan kaum margina kepada kaum ningrat telah di salah tafsirkan. Para politikus itu meniru apa yang ada dalam karakter kancil, cerdik dan licik. Sehingga kita sekrang bisa melihat mereka llihai sekali dalam mengelabui aparat hukum dan penegak hukum. Oleh karena itu, mungkin bisa saja nanti judul itu diganti oleh kemendikbud menjadi :Kancil yang jujur”
Ya Tuhan, sampai kapan episode ini berakhir, akankan sinetron ini happy ending???? Senang kalau berakhir atau alur cerita yang menyenangkan dalam ujung cerita????
Gubuk Kecil, 11 Maret 2012, 02.30
Surakarta
Ochad ZA, PRT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar